Senin, 27 Oktober 2014
Anda Tak Tau Diri, Bu Susi.
Minggu, 26 Oktober 2014
Selamat Bekerja Kabinet Kerja
Formasi Kabinet Kerja Jokowi-JK akhirnya resmi diumumkan. Beragam reaksi yang muncul dari masyarakat. Ada yang puas, ada yang bangga karena tokoh idolanya akhirnya mendapat amanah sebagai menteri, ada yang terheran-heran, bahkan ada yang (mungkin) kecewa.
Terlepas dari semua reaksi di atas, yang menarik bagi saya adalah komentar 'nyinyir' dari sebagian orang yang menganggap banyaknya fitnah yang bertebaran seputar penentuan kabinet ini. Mungkin kita masih ingat, berbagai kekhawatiran yang muncul sebelum kabinet ini resmi dilauncing. Mulai dari kekhawatiran ditunjuknya politisi-politisi liberal sebagai menteri, masuknya jalaludin rahmat dalam formasi, sampai isu akan dihapusnya kementrian agama.
Kekhawatiran-kekhawatiran tersebut tidak dapat dibendung mengingat arus informasi yang meluap-luap didunia internet. Perkara yang bisa jadi awalnya hanya lintasan pikiran seseorang, seketika bisa berubah menjadi opini publik. Sesuatu yang mulanya hanya hasil analisa segelintir orang, bisa dipercaya oleh ratusan ribu bahkan jutaan manusia setelah disebarkan lewat media internet. Dan harus kita akui, Internet memberikan kita ruang yang tak bisa kita dapatkan melalui media-media mainstream : kebebasan beropini, kesempatan untuk didengar dan peluang untuk mempengaruhi banyak orang tanpa harus terbentur dengan berbagai macam kepentingan.
Kembali ke formasi kabinet, ternyata kekhawatiran-kekhawatiran tersebut tidak terbukti. Nyatanya kita tidak melihat ada nama Rieke atau Eva Sundari dijajaran kabinet, tak ada Jalaluddin Rahmat si petinggi syiah, kementrian agama pun masih ada dan dipercayakan pada politisi dari partai islam.
Lah, berarti semua isu yang berkembang sebelumnya cuma fitnah?. Tidak juga, karena bisa jadi hal tersebut memang sempat masuk dalam wacana presiden dan wakil presiden terpilih. Mungkin saja nama-nama tersebut memang dipertimbangkan untuk masuk ke jajaran kabinet dan dicoret lantas resistensi yang cukup tinggi ditunjukkan oleh netizen (ingat, mayoritas mereka yang aktif didunia maya adalah kalangan berpendidikan). Tidak munculnya Jalaludin Rahmat atau tetap eksisnya Kementrian Agama, disadari atau tidak, bisa saja karena Presiden kita tidak ingin menimbulkan resistensi tinggi masyarakat kelas menengah pada pemerintahan.
semua berhak bicara. Jangan hanya karena suara netizen sebelumnya berbeda dengan fakta hari ini lantas ada yang mengeneralisir semuanya sebagai fitnah.
However, selamat bekerja Kabinet Kerja. terlepas dari ketidaksukaan saya dengan beberapa pos yang menurut saya tidak diisi oleh orang yang pas (Marwan Ja'far yang pernah terbukti melakukan plagiat atau Puan Maharani yang ujug-ujug jadi Menko misalnya) saya ucapkan selamat mengemban amanah, semoga Tuhan selalu memberi petunjuk. Ingat, 250 juta manusia menggantungkan harapannya pada kalian.
Ps. Terima kasih para netizen yg kemarin-kemarin sangat keras menolak kehadiran aktivis liberal dalam kabinet, menolak Jalaludin Rahmat. Ternyata suara Kalian cukup didengar :D
Jumat, 17 Oktober 2014
Salim dan Fenomena Anak Bawang
Sabtu, 11 Oktober 2014
Belajar dari Matahari
<align="justify">
Ia adalah pusat dari seluruh kehidupan di tata surya, tanpanya bumi ini gelap gulita, tapi walau merasa besar. ia tidak pernah lupa untuk terbenam, ia juga tidak pernah ngambek dan menolak untuk terbit dipagi hari walau sehari sebelumnya banyak manusia menggerutu dan mengutuk suhu panasnya.
Begitulah matahari, salah satu ciptaan sekaligus bukti kebesaran Allah. Namanya bahkan disebut 42 kali dalam alqur'an. Ukuran nya berjuta kali ukuran bumi, panasnya mencapai jutaan derajat celcius. Konon, jika ia sedikit saja lebih dekat dengan bumi, kita semua akan terbakar dan kalau sedikit saja ia lebih jauh, maka takkan ada kehidupan di planet ini. subhanAllah.
Mestinya kita belajar dari matahari, walau dengan segala kehebatannya tetap patuh pada Dzat yang menciptakannya. Mestinya kita belajar pada matahari, walau dengan segala kontribusinya pada bumi, ia tetap ikhlas meminjamkan cahayanya, memberi kesempatan pada bulan untuk bersinar dan dipuji keindahan nya pada malam hari. Mestinya kita belajar pada matahari, yang tak pernah jenuh menjalankan tugas yang sama terus menerus, terbit dan terbenam sesuai perintah dari Rabb Nya.
Mestinya kita belajar dr matahari